KomBis

Sabtu, 14 November 2015

Proposal Penelitian: Aspek SDM Peternak Ayam dan Sapi



Sumber Daya Manusia Peternak Ayam dan Sapi




Disusun oleh :
1. Indah Lestari (01031281320021)
2. Emilda (01031381320014)
3. Siti Kholifah (01031281320022)
4. Kirana Patricia (01031381320007)
Jurusan : Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA (PALEMBANG)
2015

I. Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang biasa disingkat UMKM, selama ini merupakan salah satu sektor yang menjaga pertumbuhan ekonomi nasional khususnya ketika terjadi guncangan atau tekanan eksternal. Di saat ekonomi global memburuk, UMKM berperan sebagai penopang pertumbuhan ekonomi dan penyedia lapangan pekerjaan di berbagai sektor ekonomi yang telah diklasifikasikan sebagai 9 sektor ekonomi yang bergerak di bidang: Pertanian, Peternakan, Perdagangan, Hotel, Restoran, Pengangkutan, Komunikasi, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih.
Sektor peternakan adalah salah satu sektor UMKM yang langsung berhubungan dengan pelaku usahanya, seperti peternak. Cabang usaha sektor peternakan sangat beragam. Mulai dari ternak besar, seperti usaha sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda dan lainnya. Kemudian ternak ukuran sedang, seperti usaha ternak kambing, domba, beri-beri, dan lainnya. Lalu ternak kecil yang termasuk golongan unggas, seperti usaha ayam potong, ayam pedaging, itik, puyuh dan sebagainya.
Sektor usaha peternakan ini sangat berkembang mengingat andilnya yang besar untuk memenuhi konsumsi rakyat Indonesia. Salah satu usaha yang banyak digeluti dari UMKM sektor ini ialah usaha ternak ayam dan sapi. Usaha ini bila ditinjau dari aspek finansial merupakan salah satu usaha di bidang agribisnis yang memberikan keuntungan. Permintaan pasar yang cukup kuat dan sarana distribusi yang tersebar dimana-mana seperti pasar tradisional, warung-warung pinggir jalan, pedagang sayur keliling hingga supermarket, merupakan salah satu alasan mengapa usaha ini tetap diminati.
Beberapa alasan yang menyebabkan permintaan daging ayam dan sapi cukup besar ialah pertama daging ayam relatif murah dibandingan yang lainnya, mengandung lebih sedikit lemak dan kaya protein tidak ada larangan agama manapun dalam mengkonsumsi daging ayam dan mempunyai rasa yang lebih dapat diterima banyak orang serta daging ayam cukup mudah diolah menjadi produk olahan yang bernilai tinggi, mudah disimpan dan mudah dikonsumsi. Hal tersebut dapat dilihat dari terus meningkatnya produksi daging ayam. Selain daging ayam, daging sapi meskipun harganya terbilang mahal ,daging sapi juga populer di pasaran bahkan terutama pada hari-hari perayaan besar. Daging sapi justru mengalami peningkatan pemesanan meskipun harganya mengalami kenaikan yang drastis.
Seperti yang terlihat, bahwa dibandingkan dengan jenis hewan ternak lainnya, perkembangan populasi ayam ras dan sapi dari tahun ke tahun secara konstan terus menunjukkan kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi permintaan yang terus meningkat akan kebutuhan ayam ras di Palembang. Hal ini juga terlihat dari minat masyarakat yang cukup tinggi untuk mengkonsumsi daging ayam dan sapi. Di setiap rumah makan besar maupun kecil, selalu tersedia sajian yang berbahan dasar daging ayam dan sapi.
Dalam pemasarannya, para peternak mempunyai berbagai cara dalam memasarkan ayam dan sapi tersebut. Peternak dapat langsung menyalurkannya kepada konsumen akhir, melalui pedagang pengumpul, pedagang eceran maupun lewat pedagang besar. Dilihat dari jenis yang telah dikemukakan, maka penjualan kembali ayam dan sapi melalui pedagang besar dapat menjadi awal yang baik dalam memulai usaha ini. Hal ini disebabkan oleh relatif minimnya resiko yang di hadapi dan tidak ada kendala dalam pemasaran kembali, karena telah memiliki saluran distribusi yang jelas.
Meskipun terkadang ternak ayam dapat terjadi penurunan dalam permintaan pasar dikarenakan situasi yang ada seperti pada saat merebaknya virus flu burung, namun itu tidak berlangsung lama. Seperti saat ini ketika isu flu burung sudah perlahan menghilang, bisnis ternak ayam kembali menjadi prospek cerah dalam sektor perternakan dan terus mengalami kenaikan.
Banyaknya peminat menjadikan usaha peternakan dan jual beliayam dan sapi ini menjadi ketat. Di dalam kawasan pasar sendiri, di lingkungan tempat pemilik berjualan pun terdapat 9 usaha lain yang sejenis. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat persaingan usaha yang ada relatif cukup tinggi.
Pada kasus beberapa pebisnis kecil di palembang UMKM jual beli ayam dan sapi, sesuai dengan undang-undang UKM Nomor 20 Tahun 2008 telah mendefenisikan pengertian UMKM skala usahanya tergolong masih kecil yaitu mikro dan belum dapat bersaing dalam pasar penjualan ayam potong yang lebih besar lagi. Kecilnya modal merupakan salah satu alasan yang dirasakan pemilik menjadi hambatan dalam mengembangkan usahanya.
Di awal perintisan usaha, pemilik meminjam uang kepada tengkulak untuk memulai usaha dikarenakan sulitnya meminjam modal kepada bank. Seiring berjalannya usaha, pinjaman modal yang diajukan kepada bank tidak selalu disetujui sehingga upaya pengembanganyang usaha tersebut menjadi terhambat.
Kecilnya modal tersebut dirasakan cukup membatasi dalam berusaha dan menghambat perkembangan usaha. Padahal permintaan terhadap daging ayam dan sapi cukup tinggi dan banyak calon pelanggan potensial seperti rumah makan, restaurant dan sebagainya, namun permintaan daging ayam dan sapi tidak dapat dipenuhi karena pedagang tidak memiliki modal untuk memenuhi permintaan tersebut karena terbentur pada modal usaha.
Usaha ini lebih terfokus pada penjualan ayam potong bagi para pedagang kuliner dibandingkan untuk konsumsi rumah tangga, sehingga setiap harinya pemilik dapat memperkirakan berapa banyak ayam dan sapi yang harus disediakan guna memenuhi pesanan yang ada.
Dalam jangka panjang, pemilik mempunyai tujuan menjadikan usaha penjualan ayam dan sapi ini lebih besar, baik dalam hal jumlah penyediaan ayam dan sapi, penyerapan tenaga kerja maupun pengelolaan yang lebih baik sehingga dapat bersaing dengan pesaing-pesaing yang relatif lebih besar.
Sehingga diperlukan suatu strategi pengembangan usaha pada usaha jual beli ayam dan sapi yang dilakukan beberapa peternak di Palembang ini agar dapat bersaing dengan para kompetitor. Dengan adanya strategi ini diharapkan dapat meningkatkan peluang usaha dengan menganalisis peluang, ancaman, kekuatan, kelemahan yang ada dan merumuskannya menjadi strategi yang dapat membantu usaha dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai Sumber Daya Manusia Peternak Ayam dan Sapi di Sumatera Selatan.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarlan latar belakang di atas maka penulis dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana pelatihan beternak ayam dan sapi yang biasa diterapkan oleh masyarakat?
2.    Bagaimana upaya peningkatan kesejahteraan peternak ayam dan sapi dan bagaimana pengaruh penempatan, dan motivasi terhadap keberhasilan dan kinerja dalam beternak ayam dan sapi?

1.3  Tujuan Penelitian
1.    Untuk mengetahui pelatihan beternak ayam dan sapi yang biasa diterapkan oleh masyarakat secara luas.
2.    Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan kesejahteraan peternak ayam dan sapi serta pengaruh penempatan dan motivasi terhadap keberhasilan dan kinerja dalam beternak ayam dan sapi.

1.4  Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat yang diharapkan dalam penelitian SDM peternakan Ayam dan Sapi ini adalah  :
1.        Penelitian ini diharapkan dapat menemukan Sumber Daya Manusia yang baik  untuk menghasilkan ternak sapi dan ayam  yang  berkualitas tinggi
2.        Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berharga bagi semua pihak yang membutuhkan informasi mengenai pengelolaan SDM yang berkualitas untuk peternakan ayam dan sapi
3.        Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
4.        Meningkatkan Produktivitas Usaha
5.        Mencetak SDM yang mempunyai jiwa kewirausahaan yang mandiri
6.        Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat
7.        Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat
8.        Dengan menemukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik dalam arti daya pikir-keahlian, wawasan, keterampilan dan bermodal tinggi akan mampu menemukan teknik-teknik peternakan ayam dan sapi yang jauh lebih baik dari yang lainya.
9.        Agar lebih berkembang, selanjutnya ilmu dan ketrampilan tersebut akan ditularkan kepada masyarakat lainnya.
10.    Meningkatkan populasi dan produktivitas ternak sapi dan ayam


II. Landasan Teori
2.1  Teori
Definisi pembangunan peternakan
Pembangunan peternakan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan untuk mengmbangkan kemampuan masyarakat petani khususnya masyarakat petani peternak, agar mapu melaksanakan usaha produktif dibidang peternakan secara mandiri. Usaha tersebut dilaksanakan bersama oleh petani peternak, pelaku usaha dan pemerintah yang efisien dan memberi manfaat bagi petani peternak. Pembangunan peternakan di Indonesia di tujukan kepada upaya peningkatan produksi peternakan yang sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peteni peternak, memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan usaha, mendorong perkembangan agroindustri dan agribisnis dan mengembangkan sumber daya peternakan dalam rangka kelestarian lingkungan.
Perkembangannya sampai saat ini masih relatif rendah tingkat kemampuan pasokan produksi ternak dibandingkan dengan pertumbunhan permintaan hasil ternak yang terus meningkat. Hal ini menyebabakan kesenjangan antara permintaan dan penawaran merupakan tantangan yang cukup besar sekaligus peluang yang cukup menggiurkan pada sub sektor peternakan sehingga mampu memenuhi konsumsi dalam nergeri.
Industri sapi perah di Indonesia
Industi sapi perah di Indonesia mempunyai struktur yang relative lengkap yakni peternak, pabrik pakan dan pabrik pengelola susu yang relative maju dan kapasitas yang cukuf tinggi, dan tersedia kelembagaan peternak yakni GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia). Kelengkapan ini dimungkinkan sebagai  akibat kebijakan penanaman modal asing atau PMA dan kebiojakan perkoperasian. Sementara struktuk produksi susu perah terdiri atas usaha skala besar, UB (lebih dari 100 ekor), usaha menengah, UM (30-100 ekor), usaha kecil, UK (10-30 ekor) dan usaha rakyat, UR (1-9 ekor). UR umumnya merupakan anggota koperasi. UK berkembang di Sumatra utara, sedangkan UB dan UM berkembang di pulau jawa. Situasi kontribusi produksi susu sekarang US, UM, UK dan UR masing-masing 1, 5, 7 dan 90 persen. Selanjutnya kelompok US, UM, dan UK disebut sebagai usaha swasta atau US.
Konsep kebijakan pemerintah
Sebenarnya, usaha sapi perah telah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam usaha sapi perah disekitar Sumatera Utara, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Mulai 1977, Indonesia mulai mengembangkan agribisnis sapi perah rakyat ditandai dengan SKB tiga menteri-menteri. SKB ini merumuskan kebijakan dan program pengembangan agribisnis di Indonesia. Paling tidak ada dua dasar yang digunakan yakni agribisnis sapi perah dikembangkan melalui koperasi KUD sapi perah dan pemasaran susu diatur oleh  koperasi dan IPS. Dalam SKB itu sama sekali tidak menyinggung usaha sapi perah swasta.
Optimalisasi Pembangunan Kawasan Peternakan
Membangun suatu kawasan di Jawa Barat, khususnya kawasan peternakan, tak ubahnya membuat sepiring daging rendang yang empuk. Mengapa demikian? karena dalam proses pembuatan rendang, selain memerlukan bahan-bahan dasar yang unik, juga memerlukan keahlian khusus dalam meramu dan meracik sampai hingga dihidangkan di meja makan. Rendang yang enak, pasti akan digemari dan dicari-cari oleh banyak orang. Begitupun dengan membangun kawasan peternakan, begitu banyak faktor yang terkait, begitu banyak kepentingan yang harus dikompromikan dan begitu banyak orang yang harus dilibatkan didalamnya. Dengan banyaknya ”tantangan” tersebut, sudah seharusnya jika perencanaan pembangunan kawasan peternakan tersebut harus lebih komprehensif dan lebih matang agar interaksi lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraan serta kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan (development sustainability) di lingkungan tersebut.
Untuk membangun kawasan peternakan setidaknya terdapat 5 (lima) isu strategis yang harus mendapat perhatian, yaitu :
a)    Terjadinya konflik kepentingan antar-sektor, seperti lingkungan hidup, kehutanan, perkebunan;
b)    Belum optimalnya penataan ruang dalam rangka menyelaraskan, mensinkronkan, dan memadukan berbagai rencana dan program diantara sektor–sektor tersebut,
c)    Inkonsistensi kebijakan terhadap rencana tata ruang serta kelemahan dalam pengendalian pembangunan sehingga terjadi penyimpangan pemanfaatan ruang dari ketentuan dan norma yang seharusnya ditegakkan;
d)   belum adanya keterbukaan dan keikhlasan dalam menempatkan kepentingan sektor dan wilayah dalam kerangka penataan kawasan, serta
e)    Perencanaan yang dilaksanakan cenderung masih bersifat jangka pendek sehingga seringkali tidak memperhatikan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan jangka panjang. Isu-isu tersebut tentunya harus disikapi dengan sangat cermat dan penuh dengan kehati-hatian. Karena jika tidak, dikhawatirkan akan menjadi hambatan dalam pembangunan suatu kawasan peternakan yang dicita-citakan.
Maka untuk mewujudkan suatu pengembangan kawasan peternakan di Sumatera Selatan yang ideal maka strategi yang perlu kita laksanakan adalah :
1.    Mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang merupakan basis ekologi pendukung pakan dan lingkungan budidaya. Optimalisasi lahan itu dapat dimulai dengan mengkaji kesesuaian lahan, agroklimat dan daya tampung kawasan yang mendukung keunggulan lokasi bersangkutan yang diikuti dengan menyinkronkan tata ruang secara nasional, regional dan lokal.
2.    Meningkatkan pemberdayaan peternakan melalui, peningkatan pengetahuan dan pembentukan kelembagaan peternak yang diarahkan menuju terbentuknya suatu koperasi usaha sehingga peternak sebagai subjek pembangunan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.
3.    Meningkatkan produksi dan produktivitas ternak sebagai objek pembangunan melalui penentuan jenis ternak yang dapat menghasilkan keuntungan dengan skala usaha yang ekonomis dan potensi pemasarannya, dapat diterima oleh masyarakat setempat serta selaras dengan kebijakan pembangunan daerah tersebut. Selain itu, dalam upaya meningkatkan produktivitas, aplikasi teknologi tepat guna harus dioptimalkan guna menghasilkan produk yang berdaya saing, baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya.
4.    Menyediakan sarana dan prasarana pendukung berkembangnya kawasan agribisnis, diantaranya, penyediaan sarana produksi: industri pakan, industri bibit/bakalan ternak, industri obat dan vaksin, industri alat dan mesin pertanian dan lain sebagainya; penyediaan Pengamanan Budidaya: poskeswan, pos IB, sarana pembuatan kompos dan lainnya; penyediaan pengamanan pasca panen dan pengolahan hasil: rumah potong hewan, industri pengolah susu, industri pengolah daging dan produk ternak lainnya serta penyediaan sarana pemasaran : holding ground, pasar hewan, sarana transportasi dan lain sebagainya.
5.    Mengembangkan integrasi dan interaksi antara kelembagaan usaha, yaitu kelembagaan keuangan (permodalan), kelembagaan penyuluhan, kelembagaan koperasi, kelembagaan penelitian dan kelembagaan pasar
Dalam dunia peternakan, kita tidak asing lagi dengan ayam yang sengaja diternakan untuk dihasilkan daging atau telurnya, karena sudah banyak peternakan ayam yang menyebar diseluruh Indonesia bahkan sampai diluar negeri, baik peternakan pabrik ataupun peternakan individu. Seperti pada peternakan ayam petelur yang kami kunjungi, yang dimana peternakan tersebut dimiliki individu. Ayam itu sendiri terbagi ke dalam dua jenis yaitu ayam jenis pedaging dan ayam jenis petelur. Ayam jenis pedaging, pastinya dibudidayakan karena untuk dihasilkan daging dalam jumlah yang banyak dengan kualitas yang baik, sedangkan ayam petelur dibudidayakan untuk dihasilkan telur dengan jumlah yang banyak dan kualitas yang baik. Dalam beternak, kita perlu memperhatikan mulai dari pakan, kandang, penyakit serta pengobatannya, sifat genetiknya, asal usulnya, vaksinasi dan sebagainya.
Ayam Petelur tersebut dipilih untuk dijadikan pilihan dalam beternak karena dirasa ayam petelur tersebut mampu untuk menghasilkan telur dalam jumlah yang cukup dengan waktu yang cepat. Sehingga peternak tersebut memilih komoditi ayam petelur untuk diternakan.
Dalam hal kandang yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu pendirian kandang yang jauh dari pemukiman, tapi dekat dengan sumber pakan, air, dan pemasaran. Selain itu yang perlu diperhatikan yaitu mengenai struktur atau desain kandang, bahan kandang yang dipakai, memperhatikan sanitasi,  sirkulasi udara, suhu pada kandang, kapasitas yang baik untuk jumlah ternak yang dihuni didalamnya.
Dalam hal penyakit pada ayam petelur juga perlu diperhatikan karena sangat penting juga dalam hal mengawinkan ternaknya, agar anakan yang dihasilkan nanti dalam kualitas yang baik. Penyakit pada ayam umumnya sama, yaitu diantaranya penyakit tetelo, pilek atau flu, cacar ayam dan sebagainya.
Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kandang
Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35°C, kelembaban berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang.
Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan.
Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua:
a) Sistem kandang koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri dari ribuan ekor ayam petelur;
 b) Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dalam peternakan ayam petelur komersial. 
Penyiapan Bibit
Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain:
a) Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
b) Pertumbuhan dan perkembangan normal.
c) Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken) ayam umur sehari:
a) Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
b) Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d) Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik.
e) Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f) Tidak ada letakan tinja diduburnya.
Pemeliharaan
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shop.
2) Pemberian Pakan
Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
3)  Pemberian Vaksinasi dan Obat
Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menular dengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit.
4) Pemeliharaan Kandang
Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.

2.2  Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung penelitian ini, berikut penulis menyajikan beberapa hasil penelitian yang sejenis yang dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.

Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti
Sumber
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Syamsuddin Hasan dan Syahdar baba (2013)
Proposal Fakultas Peternakan Universitas HasanuddinMakassar

Model Pengembangan Sapi Potong Berbasis
Peternakan Rakyat
Dalam Mendukung Program
Swasembada Daging Sapi Nasional  
Swasembada daging sapi hanya dapat dicapai melalui peningkatan populasi ternak sapi. Untuk meningkatkan populasi ternak sapi sangat tergantung pada kemampuan peternak sapi potong dalam memelihara ternak. Peningkatan populasi dapat dicapai dengan meningkatkan kapasitas peternakan rakyat dalam memelihara ternak melalui penangan pakan dan limbah ternak. Melalui sebuah model kelembagaan yang melibatkan tenaga profesional dalam pengelolaan pakan dan limbah ternak, mampu meningkatkan kapasitas peternak dalam memelihara sapi potong. Selain itu, pendapatan peternak akan meningkat karena adanya diversifikasi penerimaan dari berbagai sumber pendapatan.
Yoice Yuliani (2000)
Skripsi Fakultas Peternakan pada Jurusan Produksi Universitas Andalas Padang
Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong Dengan Paradigma Agribisnis
Di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung
diperlukan sebuah strategi agar usaha hilir, usaha budidaya dan usaha hulu merupakan satu rangkaian yang utuh pada usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung sehingga permasalahan seperti penyediaan bakalan, pakan, obat-obatan dan pemasaran dapat berjalan dengan baik. Hal ini juga harus didukung dengan kebijakan pemerintah daerah pada sub sektor peternakan khususnya sapi potong melalui program-programnya yang konsisten dan mempunyai arah yang jelas, dimana antara satu program dengan program yang lain dapat mendukung tujuan yang ingin dicapai.
Ani Komala (2010)
Proposal Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pada Usaha Ayam Ras Petelur Di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang
Secara individu (parsial) variabel Pengalaman bekerja, umur, pendidikan, tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja pada usaha peternakan usaha peternakan ayam ras petelur di Desa Tanete, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidenreng Rappang, sedangkan curahan kerja dan upah berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja pada usaha peternakan usaha peternakan ayam ras petelur di Desa Tanete, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidenreng Rappang.

2.3  Kerangka Teori


 








III. Metode Penelitian

3.1  Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif (descriptif research), rumusan deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan  dengan pertanyaan dengan keberadaan variabel mandiri, baik hanya satu variabel atau lebih (variabel mandiri adalah variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu dengan variabel lain. Penelitian ini disebut penelitian deskriptif. Menurut Umar (2008:22) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status atau gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

3.2  Ruang Lingkup
Sumber Daya Manusia (SDM) peternakan Ayam dan Sapi meliputi pemerintah, akademisi, dan peternak serta kontribusi dari pihak swasta merupakan pilar penting dalam pembangunan peternakan Ayam dan Sapi. Sumber Daya Manusia yang berkualitas merupakan bagian yang terpenting dalam melaksanakan usaha peternakan Ayam dan Sapi yang baik. Hasil ternak yang sempurna merupakan suatu keberhasilan Sumber Daya Manusia untuk meningkatkan harga jual ternak Ayam dan Sapi tersebut.
Sumbangan Peternakan terhadap Peningkatan Kualitas SDM untuk mendukung pembangunan daerah di era otonomi daerah diperlukan SDM yang bermutu tinggi. Salah satu kegiatan peternakan yang dapat mendukung hal ini adalah penyediaan protein asal ternak yang bermutu tinggi. Selain itu, peternakan dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap peningkatan pendapatan masyarakat terutama di pedesaan, membantu pengembangan industri pertanian

3.3  Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Sumber Daya Manusia peternak ayam dan sapi. Penelitian ini menggunakan metode survei. Survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari salah satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
Simamora (2004), menyatakan bahwa survei adalah metode riset dalam pengumpulan data primer melakukan tanya jawab dengan responden. Metode survei yang dilakukan yaitu pengambilan langsung keterangan dengan mewawacarai peternak dan dengan menggunakan kuisioner.
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan memakai kuesioner yang diwawancarakan kepada petani peternak sapi dan ayam. Data primer menyangkut: kepemilikan ternak, berat awal bakalan, jumlah pakan yang dikonsumsi, obat-obatan, pemasaran, dan biaya lainnya (pajak, ijin, dan lain-lainnya). Data sekunder didapatkan melalui Dinas Peternakan kabupaten, (termasuk desa dan kecamatan) guna menunjang penelitian.
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dari penelitian adalah Sumber Daya Manusia yang beternak sapi dan ayam dengan jumlah SDM 20 Orang. Sample ditentukan dengan metode porposif yaitu pengambilan sample secara sengaja. Sample dalam penelitian ini adalah peternak sapi dan ayam yang sudah mempunyai pengalaman beternak lebih dari 5 tahun dengan kepemilikan ternak lebih dari lebih dari 2 ekor dengan jumlah peternak 10 orang.
3.4  Teknik Pengambilan Sampel
Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber seperti diuraikan di atas, sedangkan untuk data primer diambil melalui wawancara, pengisian kuisioner dan pengamatan langsung di lapangan. Pemilihan responden dan pengambilan sampel dilakukan di daerah kunci (key region). Sampel ditentukan dengan metode pengambilan sampel acak terstratifikasi (stratified Random Sampling), yaitu metode pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata, kemudian diambil sampel secara acak dari setiap strata (Sugiarto et al. 2003).
Besarnya sampel yang diambil dari tiap-tiap strata dapat sebanding dengan strata atau tidak sebanding (Singarimbun dan Effensi, 1995). Sebelum pengambilan sampel, terlebih dahulu dilakukan stratifikasi berdasarkan jumlah populasi ayam dan sapi dan kelengkapan fasilitas peternakan terhadap beberapa usaha kecil di Palembang. Setelah itu dilakukan stratifikasi terhadap peternak berdasarkan jumlah kepemilikan ternak ayam dan sapi.
3.5  Teknik Analisa
Penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan anaslisa data secara non statistik. Teknik pengolahan data yang penulis lakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung ke peternak sapi perah yang ada di Sumatera Selatan dan juga dengan cara analisa kepustakaan.
a.  Observasi yaitu suatu kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang di butuhkan .
b.  Kuesioner, yaitu pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk dijawab. Responden dapat memberikan jawaban dengan memberi tanda pada salah satu atau beberapa jawaban yang telah disediakan, atau dengan menuliskan jawabannya.
c.  Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan bertanya dan mendengarkan jawaban langsung dari sumber utama data. Peneliti merupakan pewawancara dan sumber data adalah orang yang diwawancarai.
d.  Teknik Kepustakaan yaitu teknik pengolahan data yang dilakukan dengan cara menganalisa buku–buku.
3.6  Operasional Variabel
Variabel Bebas (x)
Yaitu variabel yang dalam hubungannya dengan variabel lain bertindak sebagai penyebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (dependent). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah sebagai berikut :
·         Penempatan (X1) merupakan salah satu usaha untuk menyalurkan kemampuan karyawan sebaik-baiknya dengan jalan menempatkan karyawan pada pekerjaan yang paling sesuai untuk memperoleh prestasi kerja yang optimal.
·         Motivasi (X2) yaitu konsep yang digunakan untuk meggambarkan adanya dorongan-dorongan yang muncul dari dalam seorang individu.

Variabel Terikat (Y)
Yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun varibel terikat adalah kinerja pegawai yaitu hasil kerja yang telah dilakukan pegawai dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Dari definisi operasional masing-masing variabel tersebut dapat kita lihat dalam tabel berikut :
Tabel Operasional Variabel
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala
Penempatan (X1)
a.        Job Spesification
·         Persyaratan pendidikan
·         Pengalaman
·         Sifat kepribadian
·         Kemampuan fisik
Ordinal

b.       Job descriprion
·         Pembagian tugas yang jelas
·         Struktur organisasi yang jelas


c.        Skill
·         Keahlian teknis
·         Keahlian praktis


d.       Environment
·         Fasilitas
·         Iklim kerja
·         Kondisi tempat kerja


Motivasi (X2)
a.       Kebutuhan fisiologis
·         Makanan (pangan)
·         Pakaian (sandang)
·         Tempat tinggal (papan)
Ordinal

b.       Kebutuhan keamanan
·         Keamanan alat operasional yang digunakan


c.        Kebutuhan sosial
·         Interaksi
·         Kebebasan melakukan aktivitas sosial


d.       Kebutuhan penghargaan
·         Saling menghargai


e.        Kebebasan aktualisasi diri
·         Kebebasan mengembangkan karir
·         Kebebasan mengembangkan bakat


Kinerja (Y)
a.       Prestasi kerja
·         kualitas kerja
·         kuatitas kerja
Ordinal

b.       Keahlian
·         Kerja sama
·         Komunikasi
·         Inisiatif


c.        Perilaku
·         Kejujuran
·         Tanggung jawab
·         Disiplin


d.       Kepemimpinan
·         Pengkoordinasian pekerjaan
·         Pengambilan keputusan
·         Penentuan prioritas


3.7  Anggaran
Adapun Anggaran yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi :
1.      Pembelian bahan dan peralatan penelitian
Rp     500.000,00
2.      Pengadaan kuisioner
Rp     200.000,00
3.      Biaya Perjalanan (Transportasi)
Rp 5.000.000,00
4.      Biaya Penyebaran Kuisioner
Rp    300.000,00
5.      Biaya dokumentasi
Rp    500.000,00
Total   
Rp 8.500.000,00


3.8  Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian ini dilakukan secara rutin yaitu
Pada hari  : Sabtu dan Minggu
Tanggal    : 3, 4, 10, 11 Oktober 2015
Pukul        : 10:00 s/d 17:00
Tempat     : Peternakan Sapi dan Ayam di Sumatera Selatan

3.9  Anggota Penelitian
Adapun anggota yang terkait dalam penelitian ini yaitu
1.         Ketua : Indah Lestari
2.         Wakil Ketua : Emilda
3.         Sekretaris : Siti Kholifah
4.         Bendahara : Kirana Patricia

Daftar Pustaka
Saragih B., 1998. Agribisnis Berbasis Peternakan (Kumpulan Pemikiran). Pusat Studi Pembangunan. Lembaga Penelitian IPB.
Sa’id, E.G dan Intan, A. H. 2000. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Hasan, Syamsuddin dan Syahdar baba. 2013. Model Pengembangan Sapi Potong            Berbasis Peternakan Rakyat Dalam Mendukung Program Swasembada   Daging Sapi Nasional. Proposal Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.
Sinungan, M. 2009. Produktivitas Apa dan Banagimana. PT Bumi            Aksara. Jakarta.
Komala, Ani. 2010. Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pada Usaha Ayam Ras Petelur Di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang. Proposal Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Umar, Husein. 1998. Riset Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yuliani, Yoice. 2000. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong Dengan Paradigma Agribisnis Di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. Skripsi Fakultas Peternakan pada Jurusan Produksi Universitas Andalas Padang.
Sunarto dkk. 2005. Analisis Efisiensi Usahatani Kentang dan Pemasarannya      Di Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Jurnal           Sosial Ekonomi Peternakan no. 19. Makassar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar